TAMU AGUNG



Aktivitas baru May membuat dirinya sedikit berbeda. May bukanlah gadis yang betah berlama-lama mengobrol panjang lebar. Apalagi lewat telpon. May tidak suka basa-basi. Jadi wajarlah, kalau pulsa hanphonenya sering sekali expired meski jumlah rupiahnya masih cukup banyak.  Tapi, tidak untuk akhir-akhir ini. Sepertinya May  nyaris tidak pernah melepaskan handphonenya dari telinga. Ada saja yang menjadi topik pembicaraannya dengan  orang di seberang sana(entah berada di mana pastinya lawan bicara May). Sesekali guyonan dan tawa renyah May menghiasi aktivitas barunya itu.Satu hal yang terlihat jelas, May begitu bahagia. May telah menemukan tambatan hatinya. Di usianya yang menjelang tiga puluh satu, moment indah ini begitu sangat dinantinya. Akhirnya May bisa menunjukkan pada tetangga yang suka mencibir dan mengejeknya.  Meski usiaku mulai menapaki senja , aku masih Laku loh. Gumam May dalam hati.
                        Satu bulan sudah May mengenal Aa Didi, laki-laki yang selama ini memberi warna dalam hidupnya. Laki-laki yang sedikit  mengubah kebiasaannya. May pernah bertemu langsung dengannya satu kali. Bisa jadi pertemuan itu adalah kencan terindah May dalam satu bulan ini. May yakin Aa Didilah jodohnya. Aa Didilah yang akan menjadi nahkoda dalam bahtera rumah tangga yang akan dibinanya kelak. Sejak pertemuan itu May seolah tidak ingin berpisah darinya. May rela tinggal jauh dari ayah dan ibunya untuk mengikuti Aa Didi kelak.
                                Hati May melonjak kegirangan tatkala Aa Didi mengatakan akan melamarnya. Aa Didi memberi tahukannya bahwa dia akan menemui orang tua May dan meminta May untuk dirinya.  May menyampaikan berita bahagia itu pada orang tuanya.
                “Ibu, ada yang mau melamar May. Insya Allah minggu depan Aa  Didi dan keluarganya akan ke Jakarta untuk bertemu dengan ayah dan ibu.”
                “Benar May? Ibu bahagia sekali mendengarnya. Cepat May buat janji dengan mereka. Kami siap menyambut kedatangan mereka.”
                Kebahagiaan itu ternyata tidak hanya milik May tapi juga milik ayah dan ibunya. Orang tua itu       telah menantikan saat-saat ini  sejak lama, wajar jika mereka begitu antusias.
               May pun menorehkan janji pada Didi melalui SMS.
               Ayah dan ibu telah kuberitahu. Keluargaku menunggu kehadiran kalian. Semoga jalan yang indah itu segera terbentang untuk kebahagiaan kita berdua sayangku.
                                                                                               ***
                                Keluarga besar May menjadi sangat sibuk hari minggu itu. Pasalnya tamu agung itu akan datang siang hari ini. Ayah dan ibu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Ayah tidak mau sampai malu jika tidak mampu menyambut tamu agung mereka dengan baik. May pun tidak kalah sibuknya. Sibuk bermain dengan hatinya. Membayangkan kebahagiaan yang akan dibentangkan di hadapannya. Sibuk mepersiapkan penampilannya nanti di depan kekasih hatinya. Juga di hadapan calon mertuanya. May harus tampil secantik mungkin. May harus mampu menampilkan pesona dirinya semaksimal mungkin.
                                                                                          ***
                                Jam dinding rumah menunjukkan pukul lima sore. Tamu-tamu yang berkumpul di rumah May bukan lagi resah bahkan ada yang memilih untuk pulang. Mereka bosan. Pasalnya mereka menunggu sejak bada zuhur tadi. Rombongan yang dinantikan tidak kunjung tiba. May panik. Berkali-kali dihubunginya handphone Didi. Tidak ada jawaban. Orang tua May menahan merah di wajah mereka. Mereka malu bukan kepalang. May hanya bisa menumpahkan isak tangisnya di bantal hingga pagi menjelang. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perang Majas ( Metode Permainan dalam Pembelajaran)

Asal –Usul Nama Kue Cucur (Cerita Rakyat Betawi ),

KONJUNGSI TEMPORAL