Pembelajaran Syukur dari Mamaku
Assalamualaikum semua...
Pagi yang dingin. Mengantarkan aku pada kemalasan bergerak (mager istilahnya). Otomatislah PC lah jadi temanku pagi ini mungkin menjelang siang. Kenapa begitu? alhamdulillah semua nilai sudah terselesaikan. dan anak-anakku sudah lama liburan...ya iyalah secara aku ngajar kelas 12. Pagi ini mataku tertuju pada sebuah artikel yang dipublish ummi.com tentang maaf dan syukur. Membaca artikel itu mengingatkan aku pada mamaku. aku mau cerita soal syukur dan mamaku.
Mamaku, mama penuh doa. Itu yang selalu aku katakan. Betapa tidak, tanpa doa mamaku aku dan adik-adikku belum tentu bisa menjalani kehidupan ini dengan indah. Tanpa doa mamaku kami belum tentu bisa survive menjalani kehidupan ini. Tanpa mengecilkan peran bapakku yang sudah sejak lama meninggalkan kami. Sejak kehilangan ayahku, satu hal besar yang sangat menginspirasi adalah perkataan mamaku yang mengatakan" jangan takut, Allah kaya, mintalah padanya" . Kalimat yang kesannya biasa tapi untuk bisa mengatakan itu dari hatimu perlu proses hidup yang cukup panjang kurasa. Pelajaran indah yang didapat adalah jangan bergantung pada selain Allah. Sewaktu bapakku masih hidup memang beliau yang mencari nafkah di keluarga. Tetapi tatkala beliau tak ada memangnya rezeki kami lantas hilang?Ternyata tidak kawan. Bapakku bukan pemberi rezeki justru pencari dan pemakan rizki jadi kenapa harus takut? kan masih ada Allah.
Sebuah pelajaran syukur sebenarnya telah ditanamkan pada kami sejak kecil. Kebetulan saja kami tidak menyadarinya. Setiap hari mamaku menyediakan makanan untuk kami sekeluarga. Makanan yang disediakan tentunya sesuai dengan kemampuan ekonomi yang ada. Bukan berdasarkan kemauan anak-anaknya. Kami anak-anaknya selalu menikmati apa yang disediakan oleh mama. Jika lauk hari itu kami tidak suka mama membiarkannya malah sedikit memaksa untuk memakannya. Kenapa? daripada sakit katanya. Tapi kalau tidak suka juga ya sudah. Mamaku mungkin tidak pernah tahu tentang hadist Rosulullah yang isinya :
Dari Abu Hurairah r.a.,katanya: ” Rasulullah s.a.w. itu tidak pernah mencela sama sekali pada sesuatu makanan. Jikalau beliau s.a.w. ingin pada makanan itu beliaupun memakannya dan jikalau tidak menyukainya, maka beliau tinggalkan – tanpa mengucapkan celaan padanya.”
tetapi beliau sudah menanamkannya kepada kami sejak kecil. Mungkin buat kalian ini hal yang sangat sepele tetapi coba kalian sadari. Semua manusia makan setiap hari kan? paling tidak minimal dua kali atau lebih. Itu artinya makan adalah hal alamiah yang setiap saat dilakukan manusia. Dan itu berarti setiap kita makan dan tidak mencela makanan tersebut berarti kita belajar bersyukur. Jika kita tidak suka kita diam itu artinmya kita belajar untuk tidak mengeluh dan menghargai anugerah Allah berupa makanan. Sepanjang umur kita berapa kali kita makan? berarti berapa kali kita bersyukur jika mengikuti hadist ini? Saya pikir ini sebuah pembelajaran yang kesannya sepele tapi karena dilakukan setiap waktu malah menjadi karakter diri. (berlebihan gak sih analogiku?)
Dari cara makan saja kita sudah bisa menghargai dan bersyukur pada Allah pemberi rizki . Insya Allah semoga Allah mengajarkan kita menjadi pribadi penuh syukur dari cara-cara yang lain. Syukur itu indah. Syukur itu nikmat. Tapi sayangnya sebagai manusia kita masih jauh dari rasa syukur ini. Termasuk diri saya yang sering mengeluh padahal mengeluh gak seru ya?
Anyway...pelajaran syukur dari mamaku ini sederhana tapi luar biasa buatku . Semoga Allah terus mengajarkan aku bersyukur dan mengingatkan aku untuk tidak mengeluh. Dan itu tidak mudah...
Pagi yang dingin. Mengantarkan aku pada kemalasan bergerak (mager istilahnya). Otomatislah PC lah jadi temanku pagi ini mungkin menjelang siang. Kenapa begitu? alhamdulillah semua nilai sudah terselesaikan. dan anak-anakku sudah lama liburan...ya iyalah secara aku ngajar kelas 12. Pagi ini mataku tertuju pada sebuah artikel yang dipublish ummi.com tentang maaf dan syukur. Membaca artikel itu mengingatkan aku pada mamaku. aku mau cerita soal syukur dan mamaku.
Mamaku, mama penuh doa. Itu yang selalu aku katakan. Betapa tidak, tanpa doa mamaku aku dan adik-adikku belum tentu bisa menjalani kehidupan ini dengan indah. Tanpa doa mamaku kami belum tentu bisa survive menjalani kehidupan ini. Tanpa mengecilkan peran bapakku yang sudah sejak lama meninggalkan kami. Sejak kehilangan ayahku, satu hal besar yang sangat menginspirasi adalah perkataan mamaku yang mengatakan" jangan takut, Allah kaya, mintalah padanya" . Kalimat yang kesannya biasa tapi untuk bisa mengatakan itu dari hatimu perlu proses hidup yang cukup panjang kurasa. Pelajaran indah yang didapat adalah jangan bergantung pada selain Allah. Sewaktu bapakku masih hidup memang beliau yang mencari nafkah di keluarga. Tetapi tatkala beliau tak ada memangnya rezeki kami lantas hilang?Ternyata tidak kawan. Bapakku bukan pemberi rezeki justru pencari dan pemakan rizki jadi kenapa harus takut? kan masih ada Allah.
Sebuah pelajaran syukur sebenarnya telah ditanamkan pada kami sejak kecil. Kebetulan saja kami tidak menyadarinya. Setiap hari mamaku menyediakan makanan untuk kami sekeluarga. Makanan yang disediakan tentunya sesuai dengan kemampuan ekonomi yang ada. Bukan berdasarkan kemauan anak-anaknya. Kami anak-anaknya selalu menikmati apa yang disediakan oleh mama. Jika lauk hari itu kami tidak suka mama membiarkannya malah sedikit memaksa untuk memakannya. Kenapa? daripada sakit katanya. Tapi kalau tidak suka juga ya sudah. Mamaku mungkin tidak pernah tahu tentang hadist Rosulullah yang isinya :
Dari Abu Hurairah r.a.,katanya: ” Rasulullah s.a.w. itu tidak pernah mencela sama sekali pada sesuatu makanan. Jikalau beliau s.a.w. ingin pada makanan itu beliaupun memakannya dan jikalau tidak menyukainya, maka beliau tinggalkan – tanpa mengucapkan celaan padanya.”
tetapi beliau sudah menanamkannya kepada kami sejak kecil. Mungkin buat kalian ini hal yang sangat sepele tetapi coba kalian sadari. Semua manusia makan setiap hari kan? paling tidak minimal dua kali atau lebih. Itu artinya makan adalah hal alamiah yang setiap saat dilakukan manusia. Dan itu berarti setiap kita makan dan tidak mencela makanan tersebut berarti kita belajar bersyukur. Jika kita tidak suka kita diam itu artinmya kita belajar untuk tidak mengeluh dan menghargai anugerah Allah berupa makanan. Sepanjang umur kita berapa kali kita makan? berarti berapa kali kita bersyukur jika mengikuti hadist ini? Saya pikir ini sebuah pembelajaran yang kesannya sepele tapi karena dilakukan setiap waktu malah menjadi karakter diri. (berlebihan gak sih analogiku?)
Dari cara makan saja kita sudah bisa menghargai dan bersyukur pada Allah pemberi rizki . Insya Allah semoga Allah mengajarkan kita menjadi pribadi penuh syukur dari cara-cara yang lain. Syukur itu indah. Syukur itu nikmat. Tapi sayangnya sebagai manusia kita masih jauh dari rasa syukur ini. Termasuk diri saya yang sering mengeluh padahal mengeluh gak seru ya?
Anyway...pelajaran syukur dari mamaku ini sederhana tapi luar biasa buatku . Semoga Allah terus mengajarkan aku bersyukur dan mengingatkan aku untuk tidak mengeluh. Dan itu tidak mudah...
Komentar
Posting Komentar