Ketika Orang Tua dan Guru Menjadi Sahabat bagi Remaja



Berita akhir-akhir ini mengenai perilaku remaja membuat kita sebagai orang tua mengelus dada. Ngeri-ngeri sedap, begitu rasanya membayangkan berbagai kelakuan remaja zaman now  yang bertebaran di media saat ini. Klik saja google dengan kata kunci remaja zaman now, Anda akan terperangah dan merasa prihatin dengan kondisi remaja saat ini.

Kecenderungan anak remaja ingin menunjukkn jati dirinya, eksistensinya, kemandiriannya, dan kemampuannya ini kadang membawa masalah antara remaja dengan lingkungan dirinya. Baik lingkungan keluarganya atau lingkungan sosialnya. Dan di lapangan makin merebak saja kriminalitas yang dilakukan oleh remaja.

Apakah sudah sehancur itu remaja kita?
Miris dan prihatin saja takkan mengubah keadaan yang ada. Kita harus mencari solusi untuk menyelamatkan remaja sebagai generasi Indonesia selanjutnya. Bagaimanapun kita punya harapan besar pada mereka untuk kejayaan negeri pertiwi. Jika mereka rusak dan bermasalah, bagaimana masa depan negeri ini nanti?

 Orang tua adalah orang yang pertama bertanggung jawab terhadap remaja. Orang tua dituntut menjadi tempat pertama dan utama bagi perkembangan remaja. Baik buruknya remaja dalam kehidupannya tergantung pada bagaimana orang tuanya menanamkan nilai-nilai luhur pada remaja yang berimbas menjadi karakter dalam hidupnya.Peran dan tanggung jawab orang tua sudah harus dimulai sejak remaja itu anak-anak. Jika tidak , akan menjadi sulit karena pembiasaan yang menjadi karakter harus ditanamkan sejak dini sehingga seseorang terbiasa dengan perbuatan-perbuatan baik dan menganggap perbuatan baik adalah bagian dari hidup mereka.

Menjadi sahabat bagi remaja bukanlah hal mudah. Pada usia remaja, seseorang biasanya pada kondisi mencari jati diri. Lingkungan sangat berperan kepada pembentukan karakternya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak remaja yang tidak bisa dekat dengan orang tuanya. Bahkan ada remaja yang terkesan menjadi pembangkang pada orang tuanya. Pada usia remaja, mereka tidak mau dianggap anak-anak dan berusaha meyakinkan orang dewasa bahwa mereka bisa melakukan apa saja dan bisa bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Pada usia remaja, mereka merasa sudah dewasa dengan keputusan-keputusan hidup yang diambilnya. Pada kenyataannya, tidak jarang keputusan-keputusan yang mereka ambil mngundang masalah yang berat bagi mereka.

Apakah orang tua bisa jadi sahabat bagi remaja saat ini?
Pada situasi saat ini, orang tua menjadi sahabat bukan lagi pilihan, tetapi keharusan jika orang tua tidak ingin para remaja ini bermasalah dalam tumbuh kembangnya. Orang tua yang menempatkan diri sebagai sahabat bagi remaja, tidak hanya dapat memantau tumbuh kembang remaja tapi juga dapat memberi bekal yang tepat bagi masa depan remaja itu kelak. Orang tua yang seperti ini akan dengan bahagianya menemani pascakedewasaan si anak. Yang pastinya kematangan pribadi si anak akan menentukan kehidupannya kelak di masyarakat. Cukuplah remaja yang kebablasan segitu saja jangan lagi ditambah jumlahnya. Bahkan kita dapat berusaha untuk menekan angka buruknya pergaulan remaja melalui pantauan yang tidak merugikan anak. Maksudnya, remaja tidak merasa tertekan dengan cara orang tua memantau dan membekalinya dengan pengetahuan kehidupan.

Tentu saja bukan hal yang mudah untuk melakukan itu. Harus ada kesungguhan dan keseriusan dari orang tua. Orang tua harus mau jadi sahabat yang nyaman bagi mereka sehingga remaja  nyaman curhat pada orang tuanya. Kenyamanan remaja curhat pada orang tua disebabkan orang tua tersebut mau mendengar dan mempercayai mereka.  (baca:https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4724). Banyak remaja memilih curhat pada teman di lingkungannya karena bagi mereka orang tua tidak mau mendengar dan tidak mempercayai mereka. Akibat terfatal jika remaja curhat pada orang yang salah justru bisa membuat mereka jatuh pada masalah besar dalam hidup mereka.

Tidak sekadar curhat, orang tua pun bisa menyisipkan nilai-nilai kehidupan pada nasihat-nasihat. Sepertinya orang tua wajib memosisikan diri jika orang tua dalam posisi mereka. Orang tua juga harus memilih gaya bicara yang pas dengan selera mereka. Terkadang dengan gaya komunikasi yang mengena buat mereka, remaja akan lebih bisa menerima.
Banyak hal yang harus lakukan untuk bisa menjadi sahabat buat remaja. Mengingat usia orang tua yang tidak lagi muda dan jarak usia yang jauh dengan remaja. Orang tua wajib menambah wawasan dan pengetahuan parenting serta wawasan apa yang sedang menjadi trend di kalangan remaja. Segala hal yang harus dilakukan orang tua diniatkan untuk menjaga remaja dari hal-hal yang tidak baik. Penanaman karakter baik yang sudah dilakukan orang tua sejak kecil jangan sampai hilang begitu anak menjadi remaja. Justru saat remaja, dengan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, remaja harus bisa mengelola kematangan pribadinya. Orang tualah yang memantau proses itu. Kesibukan orang tua dalam bekerja biasanya menjadi alasan utama peran ini tidak bisa dilakukan dengan baik. Padahal, ayah punya peran penting loh dalam perkembangan anak. (baca:https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Infografis/5343_2017-11-13/Infografis%20Pelibatan%20Ayah.jpg)
Jika ayah bisa menjadi sahabat bagi remaja, apa tidak keren tuh?


Bagaimana dengan guru?Bisakah guru menjadi sahabat bagi remaja?
Ya, harus bisa. Walaupun mungkin bukan pekerjaan yang mudah. Mengingat saat ini permasalahan yang dilakukan remaja di sekolah juga makin marak saja. Menjadi guru yang bisa menjadi sahabat bagi remaja bukan hal mudah. Selain jarak usia yang cukup jauh, remaja zaman sekarang juga sudah sangatlah berbeda dengan masa-masa remaja terdahulu. Guru harus bersaing dengan gadget itu kenyataan yang sudah harus diterima terlebih dahulu. Otomatis pengetahuan dan wawasan mereka bisa jadi lebih dari gurunya. Dengan pengetahuan yang dianggapnya lebih cerdas terkadang etika dan kesombongan muncul di diri remaja. Guru wajib menyadari tantangan yang akan dihadapi siswa remaja saat ini sangat berat. Dengan begitu, guru dapat mempersiapkan diri dengan berbagai bekal yang dibutuhkan.

Tatkala guru ingin menjadi sahabat untuk remaja, guru tersebut itu harus bisa masuk dalam dunia remaja. Wawasan dan pengetahuan tentang tren remaja wajib dimiliki guru dan memahami perasaan yang mungkin dialami remaja. Guru harus bisa memosisikan diri sebagai pendidik sekaligus sahabat yang bisa dipercaya oleh mereka. Jika seseorang sudah cukup percaya pada guru pastilah guru tersebut  dapat lebih mudah menasihati dan menanamkan karakter mulia pada remaja. Bagaimana guru dapat dipercaya? Salah satunya adalah guru harus mau mendengar. Kecenderungan remaja ingin didengar harus didukung dengan medengarkannya dengan saksama. Banyak remaja yang merasa sulit dekat dengan guru atau sulit percaya dengan guru karena mereka merasa guru tak mau mengerti atau mau memahami mereka apalagi perasaan mereka. Pemilihan bahasa yang tepat pun menjadi hal yang harus diperhatikan.

Kerjasama antara guru dan orang tua dalam memperhatikan perkembangan remaja menjadi sebuah amal yang besar. Bagi remaja, perhatian dari guru dan orang tua merupakan cinta kasih yang tulus untuk mereka. Keberhasilan mereka tak akan lepas dari perhatian dan bimbingan orang tua dan guru di masa remaja mereka. Menjadikan remaja Indonesia berkarakter harus dimulai dari keluarga dan satuan pendidikan di sekolah. Jadilah orang tua dan guru yang penuh cinta untuk remaja Indonesia.




sumber:
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4724

https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Infografis/5343_2017-11-13/Infografis%20Pelibatan%20Ayah.jpg


Tulisan ini diikutkan dalam lomba blog #sahabatkeluarga
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Dokumen/5604_2018-02-25/Pedoman%20Blog-Laman.pdf









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perang Majas ( Metode Permainan dalam Pembelajaran)

Asal –Usul Nama Kue Cucur (Cerita Rakyat Betawi ),

KONJUNGSI TEMPORAL