NYONTEK.....(Itu sudah Aturannya Kan?)



Selamat pagi All, ...
Kemarin ketika sedang mendengar curhatan seorang anak laki-laki di kelasku, aku jadi mikir berkali-kli. Pasalnya anakku ( siswaku-red)berkata seperti ini.
“Bener nih Bu, jangan marah ya, inikan uneg-uneg saya dari hati saya yang paling dalam. Ibu itu kalau ngawas ulangan “strict” banget. Yang ada saya sama teman-teman saya malah ketakutan. Saya sih udah belajar Bu, tapi kalau lupa-lupa dikit wajar, kan Bu?”
“maksudnya?”
“Nyontek dikit bolehlah, Bu.”
“ Jadi, menurut kamu nyontek itu boleh?”
“Ya, gak papalah Bu, kayak Ibu enggak pernah nyontek aja.”
Wow! Aku lumayan kaget dengan pernyataan siswaku itu. Aku tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut siswaku yang selama ini punya reputasi “manis” sebagai anak yang cerdas, berani, dan selama yang aku tahu dia tergolong pandai di kelas.
                Sebenarnya yang membuat aku mikir berkali-kali adalah kalimatnya yang menyatakan kalau nyontek itu boleh. Aku mencoba merunut kembali. Selama ini aku selalu melarang anak-anak untuk menjiplak hasil kerja / buatan temannya. Jika diperlukan aku sering meminta anak-anakku sharing/ berbagi pendapat bahkan mencari berbagai info yang mereka butuhkan dengan berbagai cara misalnya browsing, baca-baca info supaya hasil tulisan mereka bagus. Cuma mungkin aku akan  kecewa  jika ada siswa yang menjiplak/ menyalin habis buatan temannya. Atau parahnya lagi tinggal mengcopy-paste yang ada di internet. Kesamaan ide itu hal yang lumrah kurasa ,tetapi ketika ide itu betul-betul identik dan salah satu orang yang idenya identik itu tidak bisa mempertanggungjawabkan idenya itu benar-benar miliknya aku pikir sangat wajar aku menyangsikannya.
                Bisa dibayangkan kita sudah belajar, berusaha semampunya membuat tulisan (artikel misalnya) dan mengumpulkan tugas kita itu. Eh di luar sana ternyata ada orang lain yang karyanya sama persis ( tidak buang sedikit pun) dengan apa yang kita tulis. Bagaimana rasanya? Apakah kita bisa santai saja? Pasti tidak kan? Nah, itulah yang ingin saya tekankan pada siswa-siswi saya perkara menyontek itu.  Kalau belum apa-apa kita langsung berpikir untuk menyontek, secara langsung kita sudah menyerah.  Padahal, kalau kita tidak menyontek belum tentu kita dapat hasil jelek, kan? Itulah cara kita menghargai diri sendiri. Kepercayaan diri yang seperti itulah yang ingin saya bangun pada anak-anak itu. Kepercayaan diri dan penerimaan bahwa segitulah kemampuan diri sendiri, sebenarnya itulah yang ingin saya tanamkan pada mereka.
                Itu kalau keseharian di kelas. Bagaimana dengan ujian? Apakah sharing, browsing, tanya sana-sini berlaku? Hohohoho...kalau pada saat ujian itu berlaku itu artinya kita lebih mementingkan “ prestise” dan “ harga diri”( saya menyebutnya sebagai “ bagaimana orang akan menilai otak saya”) Hem....hahahaha....Kalau kita mau jujur apakah itu bermanfaat buat kita? Maksud saya apakah itu “ prestise” dan “ harga diri” itu lebih penting buat kita? Apakah “ bagaimana orang akan menilai otak kita” akan sangat mengganggu dan menurunkan harga diri kita?”
                Bukankah kalau mau jujur nilai/ hasil cemerlang hasil nyontek itu lebih menyiksa diri kita ketimbang kita ditertawakan lantaran nilai kita yang pas-pasan? Saat nilai / hasil kita harus atau pas-pasan orang akan menghina kita saat itu ya hanya saat itu (kecuali nilai Anda pas-pasan terus....hihihi...) tetapi, saat nilai kita sangat cemerlang tetapi hasil nyontek justru kita terus-menerus tersiksa lantaran kita dianggap “ suhu” padahal tidak mengerti apa-apa. Tidak enakk kan?
                Kembali ke ujian. Aturan dimana pun yang namanya ujian tetap tidak diperkenankan menyontek. Kalau aku terkesan strict saat mengawas ujian, itu karena memang itu tugasku. Kalau siswa ketakutan karena aku mengawas, apakah itu salah saya? Toh buktinya siswa-siswi yang lain enjoy aja menikmati butir-butir ujian. Aku pikir sih itu mindsetnya saja. Ketika mengawas ujianaku berusaha memastikan semua siswa mengerjakan sendiri. Tatkala ada yang coba tanya sana-sini aku mengingatkan. Kalau dingatkan berkali-kali masih menyontek? Apakah salah aku memperingatkan lebih keras lagi?Ini ujian....aturan mana pun tidak boleh ujian nyontek.
                Parahnya kalau aku langsung menemukan bukti fisik nyontek ( semisal SMS, catatan atau apalah) aku langsung menyerahkannya pada panitia. Tahu apa sebabnya? Aku tak mau keasyikanku mengawas terganggu untuk mengurus hal itu. Itu aturannya kan?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perang Majas ( Metode Permainan dalam Pembelajaran)

Asal –Usul Nama Kue Cucur (Cerita Rakyat Betawi ),

KONJUNGSI TEMPORAL